Thursday 10 October 2013




Pertama kali, berniatlah untuk berwudhu` dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah. Ambillah air wudhu` dengan tangan kanan.


Basuhlah wajah Anda dengan air tersebut dimulai dari tempat tumbuhnya rambut di dahi hingga hujung janggut. Membasuh wajah disyaratkan dari atas ke bawah.


Lalu ambillah air untuk kedua kalinya dengan tangan kiri dan basuhlah tangan kanan dimulai dari siku-siku hingga hujung jari-jari. Membasuh tangan kanan disyaratkan dari atas ke bawah.


Lalu ambillah air untuk ketiga kalinya dengan tangan kanan dan basuhlah tangan kiri dari siku-siku hingga hujung jari-jari. Membasuh tangan kiri juga disyaratkan dari atas ke bawah.


Kemudian usaplah kepala bahagian atas ke arah depan dengan tangan kanan dan menggunakan sisa air yang tersisa di tangan. Anda tidak diperkenankan mengambil air baru untuk mengusap kepala.


Setelah itu, usaplah kaki kanan Anda dengan sisa air yang ada di tangan kanan dari hujung jari kaki hingga pergelangan kaki. Anda tidak diperkenankan mengambil air baru untuk mengusap kaki kanan.


Selanjutnya, usaplah kaki kiri Anda dengan sisa air yang ada di tangan kiri dari hujung jari kaki hingga pergelangan kaki. Anda tidak diperkenankan mengambil air baru untuk memngusap kaki kiri. Dengan demikian, Anda telah selesai berwudhu`.









Tayammum :





Telah di sepakati oleh para ulama faqih komuniti Syiah, berdasarkan dalil-dalil dari Al Quran dan hadis suci Rasul(s) dan Ahlulbait(a) baginda, bahawa najis dapat dibahagikan kepada 10 perkara:
  • Air Kencing
  • Tahi
  • Air Mani
  • Mayat/bangkai(haiwan yang tidak disembelih)
  • Darah
  • Anjing
  • Babi
  • Orang Kafir
  • Arak
  • Peluh dari haiwan yang memakan tahi( contoh: Unta)
Yang dimaksud orang kafir yang najis hukumnya adalah:
1. Orang yang mengingkari Tuhan (tidak menerima adanya Tuhan).
2. Orang yang mengingkari kenabian Rasulullah saw.
3. Orang yang tidak mengesakan Tuhan (menganggap ada lebih dari satu Tuhan).
4. Orang yang mengingkari hal-hal paling penting dalam agama, yang sekiranya pengingkaran itu melazimkan pengingkaran terhadap nabi atau menyebabkan tidak sempurnanya agama.
5. Orang yang mencela para imam maksum atau bahkan memusuhi mereka.
Segala sesuatu, selain 10 perkara najis ini, adalah suci hukumnya. Namun benda yang suci dapat menjadi najis jika benda najis itu basah, atau terkena cairan hingga menjadi basah, lalu basahannya mengenai benda yang tidak najis itu. Hal ini dikeranakan air yang jumlahnya sedikit dapat menjadi najis jika terkena benda najis. Lalu air yang telah najis itu jika mengenai benda yang lain, maka ia telah membuat benda lain tersebut najis. Lain halnya jika air berjumlah banyak, kerana air yang berjumlah banyak tidak akan najis jika terkena benda najis, asal tidak berubah warna, rasa dan baunya.
 Perkara yang dapat mensucikan
Segala yang terkena najis dapat disucikan dengan perantara:
1. Air;
2. Tanah;
3. Matahari;
4. Perubahan bentuk;
5. Berpindahnya benda najis;
6. Memeluk agama Islam;
7. Taba’iyat;
8. Tak terlihatnya kembali benda najis;
9. Istibra’ hewan pemakan benda najis;
10. Tak terlihatnya seorang Muslim.
Kita akan membahasnya satu per satu. Adapun yang pertama,

Air

Air dapat mensucikan kebanyakan najis. Namun air sendiri memiliki macam-macam yang harus kita fahami. Air memiliki dua jenis: air murni, dan air tidak murni. Air murni adalah air yang tidak bercampur apa-apa, sehingga dapat disebut “air” saja; lain halnya dengan air tidak murni, seperti air kelapa, air buah, dan lain sebagainya (tidak termasuk air hujan, kerana murni).
Hukum-hukum air tidak murni (air mudhaf):
1. Air itu tidak boleh digunakan untuk bersuci dan mensucikan najis;
2. Air mudhaf akan menjadi najis jika terkena benda najis sesedikit apapun;
Macam-macam dan hukum air murni (air mutlaq):
Hanya air murni saja yang dapat mensucikan najis dan digunakan untuk bersuci.
Air murni ada beberapa macam: air yang diam, dan air yang tidak diam. Air yang diam, adalah air murni yang disimpan dalam wadah-wadah tertentu, seperti bejana, timba, ember, dan lain sebagainya. Sedang air yang tidak diam, banyak contohnya seperti air hujan, air sungai, dan air sumur (air sumur tidak dikategorikan sebagai air yang diam, meskipun kita lihat air itu diam)
Hukum air yang diam (yang telah saya maksudkan di atas) adalah:
1. Air yang diam, jika jumlahnya banyak disebut dengan air yang banyak (air kurr);
2. Namun jika sedikit, disebut dengan air sedikit (air qalil).
Yang dimaksud banyak adalah: beratnya 377.419 Kg, atau jika air tersebut ditaruh dalam wadah dan diukur volumenya mencapai 3.5 jengkal panjang * 3.5 jengkal lebar * 3.5 jengkal tinggi, yakni 42.975 jengkal. Adapun jika ada air yang volume atau beratnya kurang dari itu, disebut dengan air sedikit.
Air sedikit juga memiliki beberapa hukum, yang di antaranya adalah:
1. Air sedikit akan menjadi najis jika terkena benda najis sesedikit apapun;
2. Air sedikit yang telah menjadi najis, jika tercampur dengan air yang banyak atau air yang mengalir, maka itu menjadi suci.
3. Air sedikit yang telah digunakan untuk mensucikan najis adalah najis hukumnya (air yang telah terbuang dan disiramkan ke najis).
Adapun hukum air yang banyak adalah:
1. Seluruh air murni (selain air yang sedikit) jika terkena benda najis, asal tidak berubah warna, bau dan rasanya, air itu tidak najis. Hukum ini berlaku untuk air yang mengalir seperti sungai, air hujan yang sedang dalam keadaan turun, dan juga air sumur.
Kriteria special yang dimiliki air hujan adalah:
1. Jika air hujan turun terkena benda atau tempat yang pernah terkena benda najis, namun benda najis itu sendiri sudah tidak ada, maka sekali terguyur itu akan suci;
2. Kita dapat menganggap karpet atau pakaian yang najis di bawah turunan hujan dan semuanya dapat disucikan dengan sendirinya tanpa perlu kita perah;
3. Jika air hujan menurun ke tanah yang najis, maka tanah itu menjadi suci.

Tanah

Jika kita berjalan kaki, lalu sandal, selipar atau telapak kaki telanjang kita menginjak benda najis, jika kita teruskan perjalanan sampai benda najis di telapak kaki selipar atau sandal tidak terlihat lagi maka itu dihukumi telah suci. Jadi, tanah hanya dapat mensucikan telapak kaki dan juga bahagian bawah selipar atau sandal. Namun syarat-syaratnya:
1. Tanah sendiri harus suci;
2. Tanah harus kering;
3. Yang dimaksud tanah boleh mencakup tanah biasa, pasir, kerikil, lantai dari batu bata, dan lain sebagainya (yang masih tergolong dari tanah, bukan benda lain seperti aspal, karpet, lantai dari kayu, dst.).

Matahari

Matahari juga dapat mensucikan najis, namun ada syarat-syaratnya:
1 Yang dapat disucikan adalah tanah, dinding, pohon-pohonan, dan segala yang tidak dapat dipindahkan dengan mudah seperti kursi, meja, dst.;
2. Benda najis harus berupa cairan, yang sekiranya dengan teriknya matahari akan menguap dan menghilang kerana kering;
3. Terik matahari harus mengena secara langsung, tidak boleh dalam keadaan mendung, atau sinar matahari melewati kaca, terpantul cermin, dll.;
4. Matahari dengan sendirinya yang telah membuatnya kering, tidak kerana dibantu oleh angin atau faktor-faktor lainnya;
5. Jika benda najis yang berbentuk cair itu juga bersama dengan benda najis yang tidak cair, yang tidak cair harus dihilangkan dahulu, kerana tidak akan boleh hilang begitu saja dengan terik sinar matahari;
6. Jika tanah, lantai atau dinding pernah terkena najis, namun sudah kering, dan ingin disucikan dengan matahari, kita dapat menyiramnya dengan sedikit air agar basah, lalu dikeringkan dengan sinar matahari.

Perubahan bentuk

Jika benda najis berubah menjadi bentuk lain, maka dapat dihukumi suci. Misalnya, bangkai yang telah berubah menjadi tanah; biji-bijian najis yang telah tumbuh menjadi tumbuhan; kayu najis yang terbakar hingga menjadi abu; air najis yang telah menjadi wap; dan seterusnya.

Berpindahnya benda najis

Contoh untuk masalah ini, adalah darah manusia yang dihisap oleh binatang yang tidak menyembur darahnya jika dipotong lehernya, seperti serangga. Jadi, jika sekor nyamuk menggigit kita, darah kita yang telah masuk ke dalam perutnya tidak najis; jika misalnya nyamuk itu hinggap di dinding lalu kita pukul; asal ia tidak dalam keadaan menghisap darah kita, kerana itu tetap dihukumi najis.

Islam

Jika orang kafir mengucapkan dua syahadat dan menjadi Muslim, maka tubuh dan segala sesuatu yang pernah menjadi najis kerana tersentuh olehnya, dalam keadaan basah misalnya, menjadi suci semua.


Taba’iyat

Yakni dengan sucinya suatu yang najis menyebabkan sucinya najis yang lain. Misalnya, anggur (minuman) terus direbus hingga menjadi cuka, maka wadahnya menjadi suci pula; mayat yang mulanya najis, setelah dimandikan, ranjang tempat pemandiannya pun menjadi suci pula; dan lain sebagainya.

Tak terlihatnya kembali benda najis

Singkatnya dapat dijelaskan dengan contoh ini, misalnya, seekor ayam pernah terlihat ada benda najis di paruhnya, namun esok harinya kita tidak melihatnya lagi, maka paruhnya dihukumi suci.


Istibra’ haiwan pemakan najis

Terkadang ada haiwan2 peliharaan yang terbiasa memakan kotoran, yakni benda najis. Air seni dan kotoran haiwan2 itu dihukumi najis, meskipun hewan yang mulanya halal untuk dimakan. Untuk membuat mereka menjadi suci kembali, mereka perlu dikuarintin. Yakni mereka dikurung dan hanya diberi makanan yang suci saja. Namun berapa lama? Demikian sebahagian penjelasannya:
1. Unta = 40 hari;
2. Sapi = 20 hari;
3. Kambing = 10 hari;
4.  Ayam = 3 hari…

Tidak terlihatnya seorang Muslim

Misalnya, jika kita memiliki seorang kawan, ia Muslim, lalu pakaiannya terkena najis. Ia pun menyadari bahwa bajunya najis. Lalu ia meletakkannya di suatu tempat. Kemudian kita pergi dan tidak melihat kawan kita ini selama beberapa hari. Pada suatu saat kita bertemu dengannya mengenakan pakaian yang pernah terkena najis itu. Di sini kita dapat memberi kemungkinan bahwa ia telah mensucikannya, maka kita dapat menganggapnya suci.

Adzan

أَللهُ أَكْبَرُ

(Allōhu akbar) 4 kali

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أللهُ

(Asyhadu allā ilāha illallōh) 2 kali

أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

(Asyhadu anna Muhammadan rōsulullōh) 2 kali

أَشْهَدُ أَنَّ عَلِيًّا وَلِيُّ اللهِ

(Asyhadu anna ‘Aliyyan waliyullōh) 2 kali

حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ

(Hayya ‘alash Sholāh) 2 kali

حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ

(Hayya ‘alal falāh) 2 kali

حَيَّ عَلَى خَيْرِ الْعَمَلِ

(Hayya ‘alā khoiril ‘amal) 2 kali

أَللهُ أَكْبَرُ

(Allōhu akbar) 2 kali

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ

(Lā ilāha illallōh) 2 kali

Iqamah

أَللهُ أَكْبَرُ

(Allōhu akbar) 2 kali

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أللهُ

(Asyhadu allā ilāha illallōh) 2 kali

أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

(Asyhadu anna Muhammadan rōsulullōh) 2 kali

أَشْهَدُ أَنَّ عَلِيًّا وَلِيُّ اللهِ

(Asyhadu anna ‘Aliyyan waliyullōh) 2 kali

حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ

(Hayya ‘alash Sholāh) 2 kali

حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ

(Hayya ‘alal falāh) 2 kali

حَيَّ عَلَى خَيْرِ الْعَمَلِ

(Hayya ‘alā khoiril ‘amal) 2 kali

قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ

(Qod qōmatish sholāh) 2 kali

أَللهُ أَكْبَرُ

(Allōhu akbar) 2 kali

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ

(Lā ilāha illallōh) 1 kali


Doa-doa Am Sebelum Solat/ Selepas Azan



Adalah menjadi satu amalan yang sangat mustahab untuk melaungkan azan dan iqamah sebelum solat wajib harian. Di antara azan dan iqamah, seseorang itu boleh sujud, duduk dan bacalah doa ini:


“Ya Allah, jadikanlah hatiku lembut, hidupku makmur dan berikanlah aku rezeki yang berterusan, dan tetapkanlah bagi ku tempat di sisi kubur Nabi(sawa) untuk aku tinggal dan berehat dengan rahmat Mu, Wahai Yang Maha Pemurah Lagi Pengasihani”

Kemudian, mintalah apa sahaja hajat, kerana hajat antara Azan dan Iqamah tidak tertolak.
Doa Sebelum Takbiratul Ihram


“Aku hadapkan muka ku kepada Dia yang menciptakan langit dan bumi, dalam keadaan ku berserah diri,  terhadap Umat Ibrahim dan Muhammad serta petunjuk Amirul Mukminin- dan aku bukanlah dari kalangan musyrikin. Sesungguhnya solatku, ibadahku, hidup dan matiku adalah hanya untuk Allah, Tuhan sekalian alam. Tiadalah sekutu baginya. dan aku telah diperintahkan, dan aku adalah dari kalangan orang yang berserah diri. Ya Allah, jadikanlah aku dari kalangan orang-orang Muslim.
.
Nabi (s) bersabda “Sembahyanglah kamu sebagaimana kamu melihat aku mengerjakan sembahyang (Shahih Bukhari Klang Book Centre, hadis no. 1939)”.
.
Waktu-waktu Solat dalam mazhab Syiah ialah:
1 – Waktu Solat Subuh, dari terbit fajar hingga terbit matahari
2- Waktu Solat Zuhur dan Asar, ketika matahari tegak di atas kepala hingga bergerak ke arah maghrib (barat)
3- Waktu Solat Maghrib dan Isya’, selepas terbenam matahari hingga ke pertengahan malam.
Nabi (s) telah menghimpunkan solat zuhur dalam waktu asar, asar dalam waktu zuhur (mengerjakan solat zuhur 4 rakaat kemudian terus solat asar 4 rakaat), maghrib dalam waktu isya’, dan Isya dalam waktu maghrib (mengerjakan solat Maghrib 3 rakaat dan terus mengerjakan Isya’ 4 rakaat) bukan kerana ketakutan, bukan kerana peperangan atau bukan kerana perjalanan supaya tidak menyulitkan umatnya. Solat seperti telah diamalkan oleh orang-orang Syiah sejak zaman Rasulullah (s). (Rujukan Sahih Muslim, cetakan Klang Book Centre, Hadis no 666 – 671.



Hadis tentang Solat itu ditemui juga dalam sahih Bukhari (Shahih Bukhari Klang Book Centre, hadis no. 307, 310).
Solat Asar saat matahari belum tergelincir:


Solat Asar sesudah Shalat Zuhur:


Syiah menjadikan tanah sebagai tempat meletakkan dahi ketika sujud. Dalam bahasa Arab kata kerja ‘Sajada’ di tambah mim dalam perkataan ‘Masjid’ adalah ‘isim makan’ (kata nama tempat) yang membawa maksud tempat sujud. Nabi (s) menjadikan bumi sebagai tempat sujud, dalam Sunan Tirmidzi cetakan Victory Agencie Kuala Lumpur 1993, jil 1 menyatakan nabi (s) ketika sujud, baginda meletakkan hidung dan wajah baginda di bumi:



Nabi juga memerintahkan supaya sujud di atas Turab (tanah):











Salam’alaikum. Artikel ini hanya menunjukkan cara-cara asas perlaksanaan solat yang diajar oleh Aimmah(as). Untuk permasalahan yang lebih detail, sila rujuk para marja’ masing-masing.
Beberapa peringatan sebelum solat
  • Untuk solat zuhur dan asar, maka semua bacaan hendaklah tidak di ziharkan(dikuatkan), atau semua bacaan hendaklah hanya dengan suara berbisik, sekurang-kurangnya didengari oleh diri sendiri, suara bisikan itu. Bacaan Bismillahirrahmanirrahim, sunat di ziharkan. Sebarang bacaan yang tidak sepatutnya diziharkan, tetapi dikuatkan dengan sengaja, maka ia membatalkan solat.
  • Untuk solat maghrib,isya’ dan subuh, maka segala bacaan perlu diziharkan termasuklah bacaan zikir ketika rukuk dan sujud, kecuali untuk bacaan Tasbih al Arba’ah selepas rakaat kedua, yang akan dibincangkan sebentar lagi. Sebarang bacaan yang wajib diziharkan, tetapi tidak dilakukan akan membatalkan solat.
  • Untuk setiap kali takbir, adalah mustahab untuk mengangkat tangan, seperti takbiratul ihram.

Tata Cara Solat

1. Pertama sekali, berdirilah dengan tegak, menghadap Qiblat. Niatkan di dalam hati berkenaan dengan solat yang ingin anda lakukan, fardhu atau mustahab, serta nama solat, maghrib,isyaj,subuh,dll, atau jenis solat mustahab yang ingin dilakukan, seperti istigfar,taubat, witir dan lain-lain.


Pertama kali, berdirilah dengan posisi tegak sambil mengadap Kiblat. Berniatlah untuk melaksanakan solat dan tentukan jenis solat yang ingin Anda kerjakan (solat Zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya` atau Subuh).
2. Angkatlah tangan sehingga ke telinga, dalam keadaan tapak tangan menghadap qiblat, seraya dengan itu, ucapkan

اللهُ أَكْبَرُ

Allahu Akbar(Allah Maha Besar dari segalanya).

Bacalah takbiratul ihram (Allāhu Akbar) dan bersamaan dengan itu angkatlah kedua tangan Anda seperti terlihat di gambar.


3. Kembalikan semula tangan di sisi kanan dan kiri, rapatkan jari-jari kita. Kemudiannya bacalah surah al Fatihah, seperti berikut:



َوَعَنْ عُبَادَةَ بْنِ اَلصَّامِتِ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِأُمِّ اَلْقُرْآنِ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْه
Dari Ubadah Ibnu al-Shomit bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Tidak sah solat bagi orang yang tidak membaca Ummul Qur’an (al-fatihah).” Muttafaq Alaihi. -bulughul maram, hadits no. 295-
Bacalah surah Al-Fātihah sebagai berikut:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Dengan Nama Allah yang Maha Pemurah Lagi Maha Pengasihani

الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Segala puji hanya untuk Allah, tuhan sekalian alam

الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

yang Maha Pemurah Lagi Maha Pengasihani

مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ

Raja hari pembalasan

إيَّاكَ نَعْبُدُ وَ إيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ

Hanya kepadaMu kami sembah dan memohon pertolongan

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ

Tunjukkanlah kami jalan yang lurus.(mengikuti Ahlulbait)

صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ

iaitu jalan orang-orang yang Kau beri nikmat(Ahlulbait)

غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّيْنَ

bukanlah jalan orang-orang Kau murkai dan orang-orang yang sesat.

4.Kemudian bacalah satu surah sempurna dari sarah-surah Al Quran. Seperti:
قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ، اللهُ الصَّمَدُ، لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ، وَ لَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
(Qul huwallōhu ahad ▪ Allōhush shamad ▪ Lam yalid wa lam yūlad ▪ Wa lam yakul lahū kufuwan ahad)
ingat, baca surah yang lengkap sahaja, pembacaan surah-surah secara  setengah setengah akan membatalkan solat fardhu, bagaimanapun, untuk solat-solat mustahab yang tertentu, adalah dibenarkan.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Pengasihani.

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ

Katakanlah(wahai Muhammad) Allah itu Satu

اللهُ الصَّمَدُ

Hanya Allah sahaja yang kita perlukan

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ

Tidak beranak juga tidak diberanakkan

وَ لَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

Dan tiada apa yang menyerupaiNya





Setelah selesai, ucapkan takbir, dan terus rukuk, iaitu satu posisi di mana badan dibongkokkan sehingga tangan boleh memegang kepala lutut. Setelah berada dalam keadaan ini, ucapkan zikir rukuk:

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ

(Subhāna rabbiyal ‘azhīmi wa bihamdih)

Maha Suci Tuhanku, yang maha Agung, dan segala kepujian untukNya.
Cukup sekadar baca sekali sahaja, bagaimanapun, adalah sangat-sangat mustahab bagi kita untuk mengulangi bacaan ini atau dengan apa-apa zikir lain seperti Subhanallah , atau dengan bersolawat ke atas Nabi dan keluarga baginda.


Kemudian bangunlah dari ruku’ . Setelah selesai membaca zikir untuk rukuk, kembali semula ke posisi berdiri tegak. Semasa anda bergerak semula ke posisi berdiri tegak ini, ucapkan::
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
(Sami’allahu liman hamidah); Didengari oleh Allah siapa yang memujiNya

7.Ucapkan takbir, kemudian terus ke posisi sujud.





waktu sujud baca:

سُبْحًانَ رَبِّيَ اْلأعْلَى وَبِحَمْدِهِ

(Subhāna rabbiyal a’lā wa bihamdih) ; Maha suci Tuhan, yang Maha Tinggi dan pujian ke atasNya.
.
Sila ambil perhatian: Syarat-syarat tempat sujud, yang diriwayatkan oleh para Aimmah(as), ialah seperti berikut.
  1. Tanah dan batu
  2. Benda atau hasil yang keluar dari tanah yang tidak digunakan untuk dibuat makanan dan pakaian.
Cukup sekadar bahagian dahi sahaja yang bersentuhan dengan bahan-bahan sujud ini. Bagaimanapun adalah mustahab jika menyertakan sekali dengan hidung.
Telapak tangan mestilah menyentuh lantai, dirapatkan jari-jari menunjuk ke arah kiblat.
Kaki mesti ditegakkan dengan jari-jarinya terpacak di atas lantai




Kemudian duduklah di antara dua sujud. Duduklah dalam keadaan kaki kanan berada di atas telapak kaki kiri. baca :

أَسْتَغْفِرُ اللهَ رَبِّيْ وَ أتُوْبُ إلَيْهِ

(Astaughfirullaha rabbī wa atūbu ilaih) ; Aku memohon keampunan dari Allah dan kepadaNya aku bertaubat.


Setelah selesai membaca, ucapkan takbir, dan Kemudian sujudlah untuk kedua kalinya, serta ulangi bacaan zikir ketika sujud seperti di (7).

Duduklah sejenak setelah bangun dari sujud dan sebelum berdiri untuk melanjutkan rakaat berikutnya (kurang 1 saat) angkat takbir, dan terus berdiri tegak semula.


Berdirilah kembali untuk melaksanakan rakaat kedua , Ketika mahu berdiri itu, lafazkan(mustahab) sambil membaca:

بِحَوْلِ اللهِ وَ قُوَّتِهِ أَقُوْمُ وَ أَقْعُدُ

(Bihaulillāhi wa quwatihī aqūmu wa aq’ud) ; Dengan kekuatan Allah aku berdiri dan aku duduk.
11. Apabila telah berdiri, 
Dalam posisi berdiri itu, bacalah surah Al-Fātihah dan satu surah dari surah-surah Al-Quran.


 Setelah selesai, angkat tangan untuk berdoa, dengan keadaan tangan berada di depan muka. Bacalah apa sahaja doa di dalam bahasa Arab.
Untuk solat fardhu, adalah diwajibkan untuk membaca qunut dalam bahasa Arab, manakala untuk solat mustahab(melainkan solat sunat tertentu) dibenarkan untuk melakukan pembacaan doa qunut di dalam bahasa masing-masing.
Sebelum Anda melaksanakan ruku’ untuk rakaat kedua, bacalah qunut. Di dalam qunut Anda bebas membaca doa sesuai dengan keinginan Anda. Seperti doa memintakan ampun untuk kedua orang tua:

رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَ لِوَالِدَيَّ وَ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرًا

(Rabbighfir lī wa liwālidaiyya war hanhumā kamā rabbayānī shaghīrā)


Lakukanlah ruku’ dan bacalah bacaan ruku’ di atas.


Lalu berdirilah dari ruku’ sambil membaca bacaan di atas.


Kemudian sujudlah dan baca doa sujud di atas.


Kemudian duduklah di antara dua sujud seraya membaca bacaan di atas.


Lalu sujudlah untuk kedua kalinya dan baca bacaan sujud di atas.



apabila selesai bangun dari sujud kedua, terus ke posisi duduk, dan mulakan bacaan Tasyahud. Bacaannya seperti berikut:

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكََ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ، أَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ

Aku bersaksi bahawa tiada Tuhan selain Allah, yang satu dan tiada sekutunya, dan aku bersaksi bahawa Muhammad itu hamba dan RasulNya. Ya Allah, sampaikankah solawat pada Muhammad dan keluarga Muhammad.
(Asyhadu an lā ilāha illallōhu wahdahū lā syarīka lah ▪ Wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhū wa rasūluh ▪ Allōhumma shalli ‘alā Muhammadin wa Āli Muhammad)


Kemudian berdirilah sambil membaca bacaan ketika berdiri di atas. Untuk rakaat ketiga dan keempat, sebagai ganti dari surah Al-Fatihah, Anda dapat membaca bacaan berikut ini:

سُبْحَانَ اللهِ وَ الْحَمْدُ ِللهِ وَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ

(Subhānallōh wal hamdulillāh wa lā ilāha illallōh wallōhu akbar).


Pada rakaat ketiga dan keempat ini Anda tidak perlu membaca surah apapun.
Setelah Anda selesai melaksanakan ruku’ dan sujud untuk kedua rakaat, Anda harus duduk untuk melaksanakan tasyahhud terakhir seraya membaca bacaan tasyahhud pertama di atas. Setelah itu, bacalah bacaan salam berikut sebagai penutup shalat Anda:

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَ عَلىَ عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ

Assalāmu‘alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullāhi wa barakātuh ▪ Assalāmu’alainā wa ‘alā ‘ibādillāhish shōlihīn ▪ Assalāmu’alaikum wa rahmatullāhi wa barakātuh).

Catatan!

Untuk solat wajib yang kurang dari empat rakaat, seperti Maghrib dan Subuh, hanya rakaat ketiga dan keempat yang dapat dihilangkan. Sementara rakaat kedua dan ketiga harus tetap dilaksanakan.
PERINGATAN BAGI TASYAHUD RAKAAT TERAKHIR
Jika anda sedang solat subuh maka ini merupakan rakaat terakhir anda. Bagi rakaat terakhir, selepas habis membaca tasyahud, maka haruslah terus disambung dengan bacaan salam, seperti berikut:

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَ عَلىَ عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ

Setelah selesai ucapkanlah takbir 3x.
SAMBUNGAN BAGI SOLAT MAGHRIB, ISYA’, ZUHUR DAN ASAR
Untuk rakaat seterusnya, segala langkah adalah sama kecuali,cumanya untuk rakaat ketiga dan keempat, anda boleh memilih samada untuk membaca Al Fatihah atau Tasbih al Ar Baah, seperti berikut:

سُبْحَانَ اللهِ وَ الْحَمْدُ ِللهِ وَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ

ulang sekurang-kurangnya 3 kali.
Sekian sahaja, jika ada soalan,komen atau pembetulan, harap boleh diberitahu.




Solat adalah salah satu dari rukun-rukun islam yang sangat ditekankan kepada seluruh ummat islam untuk menjalankannya bahkan anjuran dari nabi besar Muhammad saw untuk tidak meninggalkannya, kerana seluruh perbuatan baik dan buruk  tergantung pada yang satu ini. Jika solat kita baik maka seluruh perbuatan kita juga akan baik, kerana solat yang kita lakukan setiap hari sebanyak lima waktu itu subuh, dzuhur, asar, magrib dan isya akan mencegah kita dari perbuatan mungkar, namun sebaliknya jika kita mendirikan solat dan masih juga melakukan hal yang tidak terpuji maka kita harus kembali pada diri kita masing-masing dan mengkoreksi kembali apakah solat yang kita dirikan itu benar-benar sudah memenuhi syarat atau ketika kita mendirikannya, benak dan fikiran kita masih dikuasai atau diganggu oleh fikiran-fikiran selain Allah.

Pertama kali, berdirilah dengan posisi tegak sambil mengadap Kiblat. Berniatlah untuk melaksanakan solat dan tentukan jenis solat yang ingin Anda kerjakan (solat Zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya` atau Shubuh).
Bacalah takbiratul ihram (Allāhu Akbar) dan bersamaan dengan itu angkatlah kedua tangan Anda seperti terlihat di gambar.
Bacalah surah Al-Fātihah sebagai berikut:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ، إيَّاكَ نَعْبُدُ وَ إيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ، اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ، صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّيْنَ
(Bismillāhirrohmānirrohīm ▪ Alhamdulillāhi robbil ‘Ālāmīn ▪ Arrohmānirrohīm ▪ Māliki yaumiddīn ▪ Iyyāka na’budu wa iyyāka nasta’īn ▪ Ihdinash shirōthol mustaqīm ▪ Shirōthol ladzīna an’amta ‘alaihim ghoiril maghdhūbi ‘alaihim waladh dhōllīn)
Kemudian bacalah satu surah sempurna dari sarah-surah Al Quran. Seperti:
قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ، اللهُ الصَّمَدُ، لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ، وَ لَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
(Qul huwallōhu ahad ▪ Allōhush shamad ▪ Lam yalid wa lam yūlad ▪ Wa lam yakul lahū kufuwan ahad)
Setelah itu, ruku’lah dan baca:
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ
(Subhā robbiyal ‘azhīmi wa bihamdih)
Kemudian bangunlah dari ruku’ sambil membaca:
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
(Sami’allōhu liman hamidah)
Setelah itu, sujudlah dan baca:
سُبْحًانَ رَبِّيَ اْلأعْلَى وَبِحَمْدِهِ
(Subhāna rabbiyal a’lā wa bihamdih)
Kemudian duduklah di antara dua sujud seraya membaca:
أَسْتَغْفِرُ اللهَ رَبِّيْ وَ أتُوْبُ إلَيْهِ
(Astaughfirullōha rabbī wa atūbu ilaih)
Kemudian sujudlah untuk kedua kalinya seraya membaca bacaan sujud di atas.
Duduklah sejenak setelah bangun dari sujud dan sebelum berdiri untuk melanjutkan rakaat berikutnya.
Berdirilah kembali untuk melaksanakan rakaat kedua sambil membaca:
بِحَوْلِ اللهِ وَ قُوَّتِهِ أَقُوْمُ وَ أَقْعُدُ
(Bihaulillāhi wa quwatihī aqūmu wa aq’ud)
Dalam posisi berdiri itu, bacalah surah Al-Fātihah dan satu surah dari surah-surah Al-Quran.
Sebelum Anda melaksanakan ruku’ untuk rakaat kedua, bacalah qunut. Di dalam qunut Anda bebas membaca doa sesuai dengan keinginan Anda. Seperti doa memintakan ampun untuk kedua orang tua:
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَ لِوَالِدَيَّ وَ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرًا
(Rabbighfir lī wa liwālidaiyya war hanhumā kamā rabbayānī shaghīrā)
Lakukanlah ruku’ dan bacalah bacaan ruku’ di atas.
Lalu berdirilah dari ruku’ sambil membaca bacaan di atas.
Kemudian sujudlah dan baca doa sujud di atas.
Kemudian duduklah di antara dua sujud seraya membaca bacaan di atas.
Lalu sujudlah untuk kedua kalinya dan baca bacaan sujud di atas.
Setelah itu, duduklah dan baca bacaan tasyahhud pertama sebagai berikut:
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكََ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ، أَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ
(Asyhadu an lā ilāha illallōhu wahdahū lā syarīka lah ▪ Wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhū wa rasūluh ▪ Allōhumma shalli ‘alā Muhammadin wa Āli Muhammad)
Kemudian berdirilah sambil membaca bacaan ketika berdiri di atas. Untuk rakaat ketiga dan keempat, sebagai ganti dari surah Al-Fatihah, Anda dapat membaca bacaan berikut ini:
سُبْحَانَ اللهِ وَ الْحَمْدُ ِللهِ وَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ
(Subhānallōh wal hamdulillāh wa lā ilāha illallōh wallōhu akbar).
Pada rakaat ketiga dan keempat ini Anda tidak perlu membaca surah apapun.
Setelah Anda selesai melaksanakan ruku’ dan sujud untuk kedua rakaat, Anda harus duduk untuk melaksanakan tasyahhud terakhir seraya membaca bacaan tasyahhud pertama di atas. Setelah itu, bacalah bacaan salam berikut sebagai penutup shalat Anda:
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَ عَلىَ عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ
(Assalāmu‘alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullāhi wa barakātuh ▪ Assalāmu’alainā wa ‘alā ‘ibādillāhish shōlihīn ▪ Assalāmu’alaikum wa rahmatullāhi wa barakātuh).
Catatan!
Untuk solat wajib yang kurang dari empat rakaat, seperti Maghrib dan Shubuh, hanya rakaat ketiga dan keempat yang dapat dihilangkan. Sementara rakaat kedua dan ketiga harus tetap dilaksanakan.

40 Hadis Solat



allahumma bihaqi muhammadin wa aali muhammadin alaihi sholli ala muhammad wa aali muhammad warzukna wawalidaina wa azwajana wa auladana wa duryatina mimba’dina hubba muhammad wa aali muhammad Allahuma ahyina ala dzalik wa amitsna ala dzalik wa surna fi zumratim man ahabba muhammada wa ala muhammad ma’a muhammadin wa aalihi ya karim
40 Hadis Shalat
Hadis Pertama: Urgensitas Solat

أول ما افترض الله على أمتي الصلوات الخمس وأول ما يرفع من أعمالهم الصلوات الخمس وأول ما يسألون عنه الصلوات الخمس

Rasulullah saw bersabda:
“Hal pertama yang diwajibkan oleh Allah swt atas umatku adalah solat lima waktu, hal pertama yang diangkat dari amalan-amalan mereka adalah solat lima waktu, dan hal pertama yang dipertanyakan kepada mereka adalah solat lima waktu.” [Kanzul ‘Ummal, jilid 7, hadis 18859]
Hadis Kedua: Shalat Dan Tiang Agama

عن أبي جعفر عليه السلام قال: بني الاسلام على خمسة أشياء: على الصلاة، والزكاة، والحج، والصوم، والولاية

Dari Abi Ja’far (Imam Baqir) as berkata:
“Islam dibangun di atas lima hal: Solat, zakat, haji, puasa dan wilayah (kepemimpinan atau imamah).” [Bihar, jilid 79, hal 234]
Hadis Ketiga: Perumpamaan Solat

عن أبي جعفر عليه السلام قال: الصلاة عمود الدين، مثلها كمثل عمود الفسطاط إذا ثبت العمود ثبتت الاوتاد والاطناب، وإذا مال العمود وانكسر لم يثبت وتد ولا طنب

Dari Abi Ja’far as berkata:
“Solat adalah tiang agama, perumpamaannya seperti tiang kemah, bila tiangnya kokoh maka paku dan talinya akan kokoh, dan bila tiangnya miring dan patah maka paku dan talinya pun tidak akan tegak.” [Bihar, jilid 82, hal 218]
Hadis Keempat: Solat Penyebab Kebahagiaan

قال رسول الله صلي الله عليه و اله: خمس صلوات من حافظ عليهن كانت له نورا وبرهانا ونجاة يوم القيامة

Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang menjaga solat lima waktu maka ia akan memperoleh cahaya, burhan dan keselamatan pada hari kiamat kelak.” [Kanzul ‘Ummal, jilid 7, hadis 18862]
Hadis Kelima: Solat dan Cahaya Hati

صلاة الرجل نور في قلبه فمن شاء منكم فلينور قلبه

Rasulullah saw bersabda:
“Solat seseorang adalah cahaya di hatinya dan barangsiapa di antara kalian yang berkeinginan maka hendaknya ia menyinari hatinya dengan cahaya.” [Kanzul ‘Ummal, jilid 7, hadis 18973]
Hadis Keenam: Solat Parameter Penerimaan Amal Perbuatan

قال الصادق (عليه السلام): أوّل ما يحاسب به العبد الصلاة، فإن قبلت قبل سائر علمه، وإذا ردّت ردّ عليه سائر عمله

Imam Ja’far Shadiq as berkata:
“Hal pertama yang akan dihisab (diperhitungkan) dari seorang hamba adalah solat, jika solatnya diterima maka seluruh amalnya akan diterima dan jika solatnya ditolak maka seluruh amalnya akan ditolak.” [Wasa’il Al-Syi’ah, jilid 3, hal 22]
Hadis Ketujuh: Shalat dan Metode Para Nabi

قال صلى الله عليه واله: الصلاة من شرايع الدين، وفيها مرضاة الرب عزوجل، فهي منهاج الانبياء

Rasulullah saw bersabda:
“Solat adalah termasuk dalam syareat agama, dan di dalamnya terdapat keridhaan Tuhan swt, dan solat adalah metode para nabi.” [Bihar, jilid 82, hal 231]
Hadis Kedelapan: Solat Bendera Islam

قال النبي صلى الله عليه واله: علم الإسلام الصلاة فمن فرغ لها قلبه وحافظ عليها بحدها ووقتها وسننها فهو مؤمن

“Bendera Islam adalah solat, maka barangsiapa memberikan hatinya untuknya dan menjaganya dengan batasan dan waktunya serta sunah-sunnahnya maka ia adalah seorang mukmin (hakiki).” [Kanzul ‘Ummal, jilid 7, hadis 18870]
Hadis Kesembilan: Solat dan Effesiensinya

قال الصادق ( عليه السلام ) ـ في حديث ـ : إنّ ملك الموت يدفع الشيطان عن المحافظ على الصلاة ، ويلقّنه شهادة أن لا إله إلا الله ، وأنّ محمّداً رسول الله ، في تلك الحالة العظيمة

Imam Ja’far Shadiq as berkata:
“Sesunguhnya malaikat kematian (pencabut nyawa) menghalau syetan dari orang yang menjaga shalat dan mentalqinkan (mendektekan) kepadanya kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Nabi Muhammad saw adalah Rasulullah (utusan Allah) dalam kondisi menakutkan tersebut.” [Wasa’il Al-Syi’ah, jilid 3, hal 19]
Hadis Kesepuluh: Shalat dan Anak-anak

قال الباقر عليه السلام: إنّا نأمر صبياننا بالصلاة إذا كانوا بني خمس سنين ، فمروا صبيانكم بالصلاة إذا كانوا بني سبع سنين

Imam Baqir as berkata:
“Sesungguhnya kami memerintahkan anak-anak kami untuk shalat bila mereka mencapai usia lima tahun, maka perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat bila mereka mencapai usia tujuh tahun.” [Wasa’il Al-Syi’ah, jilid 3, hal 12]
Pasal Kedua
Urgensitas dan Keutamaan Shalat
Hadis Kesebelas: Nilai Shalat

قال الصادق عليه السلام: صلاة فريضة خير من عشرين حجة وحجة خير من بيت مملو ذهبا يتصدق منه حتى يفني أو حتى لا يبقي منه شئ

Imam Ja’far Shadiq as berkata:
“Shalat wajib lebih baik dari dua puluh haji dan haji satu kali lebih baik dari sebuah rumah berisikan penuh dengan emas yang disedekahkan sehingga habis atau tidak tersisa sedikitpun juga.” [Bihar, jilid 82, hal 227]
Hadis Kedua Belas: Keutamaan Shalat

قال أمير المؤمنين عليهم السلام: اوصيكم بالصلاة وحفظها، فانها خير العمل وهي عمود دينكم

Amirul Mukminin Ali as berkata:
“Aku wasiatkan kepada kalian akan shalat dan menjaganya, karena sesungguhnya shalat adalah sebaik-baik amal dan ia adalah tiang agama kalian.” [Bihar, jilid 82, hal 209]
Hadis Ketiga Belas: Urgensitas Shalat

قال النبي صلى الله عليه واله: ما من صلاة يحضر وقتها إلا نادى ملك بين يدي الناس [أيها الناس] قوموا إلى نيرانكم التي أو قدتموها على ظهوركم فأطفئوها بصلاتكم

Nabi saw bersabda:
“Tidak ada satu shalat pun yang tiba waktunya kecuali satu malaikat menyeru di antara manusia (Wahai manusia) bangkitlah menuju api-api yang kalian nyalakan di hadapan kalian sendiri maka padamkanlah api tersebut dengan shalat kalian.” [Bihar, jilid 82, hal 209]
Hadis Keempat Belas: Berkah Shalat

عن علي عليه السلام قال: إن الانسان إذا كان في الصلاة فان جسده وثيابه وكل شئ حوله يسبح

Imam Ali as berkata:
“Sesungguhnya manusia apabila berada dalam kondisi shalat maka tubuh, pakaian dan segala sesuatu di sekitarnya akan bertasbih.” [Bihar, jilid 82, hal 213]
Hadis Kelima Belas: Kedudukan Shalat

قال النبي صلى الله عليه واله: موضع الصلاة من الدين كموضع الرأس من الجسد

Rasulullah saw bersabda:
“Kedudukan shalat dari agama adalah seperti kedudukan kepala dari badan.” [Kanzul ‘Ummal, jilid 7, hadis 18972]
Hadis Keenam Belas: Shalat dan Kesucian Jiwa

قال النبي صلى الله عليه واله: مثل الصلوات الخمس كمثل نهر جار عذب على باب أحدكم يغتسل فيه كل يوم خمس مرات فما يبقى ذلك من الدنس

Rasulullah saw bersabda:
“Perumpamaan shalat lima waktu adalah seperti sebuah sungai tawar yang mengalir di sisi pintu rumah salah seorang di antara kalian yang setiap harinya ia mandi lima kali, maka tidak tertinggal sedikitpun kotoran (di badannya, artinya barangsiapa yang sehari semalam mendirikan shalat lima waktu juga maka ia akan terbebas dari kotoran-kotoran jiwa dan ruh).” [Kanzul ‘Ummal, jilid 7, hadis 18931]
Hadis Ketujuh Belas: Shalat dan Ikatan Janji dengan Allah swt

روي عن النبي صلى الله عليه واله قال: قال الله تعالى: افترضت على أمتك خمس صلوات وعهدت عندي عهدا أنه من حافظ عليهن لوقتهن أدخلته الجنة ومن لم يحافظ عليهن فلا عهد له عندي

Dari Rasulullah saw:
“Allah swt berfirman: Aku telah mewajibkan shalat lima waktu kepada umatmu dan Aku ikatkan sebuah perjanjian di sisiKu bahwa barangsiapa yang menjaganya pada waktu-waktunya maka Aku akan memasukkannya ke dalam surga, dan barangsiapa yang tidak menjaganya maka tidak ada ikatan perjanjian untuknya di sisiKu.” [Kanzul ‘Ummal, jilid 7, hadis 18872]
Hadis Kedelapan Belas: Shalat dan Mengingat Allah swt

“روي عن الباقر عليه السلام أنه قال: ذكر الله لاهل الصلاة أكبر من ذكرهم إياه، ألا ترى أنه يقول: “اذكروني أذكركم

Dari Imam Baqir as berkata:
“Ingatan Allah swt untuk orang-orang yang mendirikan shalat lebih besar dari ingatan mereka kepada Allah, apakah engkau tidak melihat bahwa Allah swt berfirman:

فاذكروني أذكركم واشكروا لي ولا تكفرون

“Maka ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu.” (QS. Al-Baqarah (2): 152) [Bihar, jilid 82, hal 199]
Hadis Kesembilan Belas: Shalat dan Rahmat Allah swt

قال أمير المؤمنين عليه السلام: إذا قام الرجل إلى الصلاة أقبل إليه إبليس ينظر إليه حسدا لما يرى من رحمة الله التي تغشاه

Imam Ali as berkata:
“Jika seseorang berdiri melaksanakan shalat maka Iblis menghadap kepadanya sambil memandangnya dengan hasud karena melihat rahmat yang menyelimutinya.” [Bihar, jilid 82, hal 207]
Hadis Kedua Puluh: Shalat dan Meninggalkan Dosa

وروي أن فتى من الانصار كان يصلي الصلاة مع رسول الله صلى الله عليه واله ويرتكب الفواحش، فوصف ذلك لرسول الله صلى الله عليه واله فقال: إن صلاته تنهاه يوما ما، فلم يلبث أن تاب

Diriwayatkan bahwa seorang pemuda dari kaum Anshar malaksanakan shalat bersama Rasulullah saw dan tetap melakukan hal-hal buruk, maka hal tersebut dilaporkan kepada Rasulullah saw, maka Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya suatu hari shalatnya akan mencegahnya, maka tidak berselang lama ia bertaubat. [Bihar, jilid 82, hal 198]
Pasal Ketiga
Urgensitas Waktu Shalat
Hadis Kedua Puluh Satu: Bagaimana dan Kapan Kita Mendirikan Shalat?

قال أبو عبد الله عليه السلام إذا صليت صلاة فريضة فصلها لوقتها صلاة مودع يخاف أن لا يعود إليها

Imam Ja’far Shadiq as berkata:
“Apabila engkau melaksanakan shalat wajib maka shalatlah pada (awal) waktunya seperti shalat orang yang ingin berpisah, takut tidak akan kembali lagi.” [Mahajjatul Baidha’, jilid 1, hal 350]
Hadis Kedua Puluh Dua: Urgensitas Waktu Shalat

قال النبي صلى الله عليه واله: قال الله عز و جل: إن لعبدي علي عهدا إن أقام الصلاة لوقتها أن لا أعذبه وأن أدخله الجنة بغير حساب

Nabi saw bersabda:
Allah swt berfirman: Sesungguhnya hamba-Ku memiliki sebuah perjanjian atas-Ku jika ia mendirikan shalat pada waktunya maka Aku tidak akan mengazabnya dan Aku akan memasukkannya ke surga dengan tanpa hisab.” [Kanzul ‘Ummal, jilid 7, hadis 19036]
Hadis Kedua Puluh Tiga: Nabi saw dan Shalat Awal Waktu

عن عائشة قالت: كان رسول الله صلى الله عليه و اله يحدثنا و نحدثه فاذا حضرت الصلوة فكأنه لم يعرفنا و لم نعرفه اشتغالا بعظمة الله

Dari Aisyah berkata:
Rasulullah saw sedang berbincang-bincang dengan kita maka ketika tiba waktu shalat seakan-akan beliau saw tidak mengenal kita dan kita tidak mengenalnya karena sibuk dengan kebesaran Allah.” [Mahajjatul Baidha’, jilid 1, hal 350]
Hadis Kedua Puluh Empat: Shalat Pada Waktunya

عن أبي عبد الله عليه السلام قال: إن العبد إذا صلى الصلاة لوقتها وحافظ عليها ارتفعت بيضاء نقية تقول حفظتني حفظك الله، وإذا لم يصلها لوقتها ولم يحافظ عليها رجعت سوداء مظلمة تقول: ضيعتني ضيعك الله

Imam Ja’far Shadiq as berkata:
“Sesungguhnya seorang hamba jika shalat pada waktunya dan menjaganya maka (dengan bentuk) seberkas cahaya putih bersih naik ke atas sambil berkata: Engkau telah menjagaku maka semoga Allah swt menjagamu, dan bila tidak melaksanakan shalat pada waktunya dan tidak memperhatikannya maka akan kembali kepadanya (dengan bentuk) kegelapan pekat sambil berkata: Engkau telah menyia-nyiakanku maka semoga Allah swt menyia-nyiakanmu.” [Maajjatul Baidha’, jilid 1, hal 340]
Hadis Kedua Puluh Lima: Keutamaan Shalat Pada Waktunya

قال النبي صلى الله عليه واله: أحب الأعمال إلى الله الصلاة لوقتها ثم بر الوالدين ثم الجهاد في سبيل الله

Rasulullah saw bersabda:
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah swt adalah shalat pada waktunya, kemudian berbakti kepada kedua orang tua, kemudian jihad di jalan Allah swt.” [Kanzul ‘Ummal, jilid 7, hadis 18897]
Pasal Keempat
Lalai Dalam Shalat dan Meninggalkannya
Hadis Kedua Puluh Enam: Meremehkan Shalat

قال النبي صلى الله عليه واله: ليس مني من استخف بصلاته، لا يرد على الحوض لا والله

Nabi saw bersabda:
“Bukan dariku orang yang meremehkan shalatnya, ia tidak akan masuk telaga Kautsar kepadaku, tidak demi Allah.” [Bihar, jilid 82, hal 224]
Hadis Kedua Puluh Tujuh: Merendahkan Shalat

قال الصادق عليه السلام: شفاعتنا لا تنال مستخفا بصلاته

Imam Ja’far Shadiq as berkata:
“Syafa’at kita tidak akan mengena orang yang meremehkan shalatnya.” [Bihar, jilid 82, hal 227]
Hadis Kedua Puluh Delapan: Menyia-nyiakan Shalat

قال النبي صلى الله عليه واله: لا تضيعوا صلاتكم فان من ضيع صلاته حشره الله مع قارون وفرعون وهامان

Nabi saw bersabda:
“Janganlah kalian menyia-nyiakan shalat kalian, karena sesungguhnya barangsiapa yang menyia-nyiakan shalatnya maka Allah swt akan mengumpulkannya bersama Qarun dan Fir’aun serta Haman (Menteri dan Pembantu).” [Bihar, jilid 82, hal 202]
Hadis Kedua Puluh Sembilan: Shalat Tidak Sempurna dan Nabi saw

عن أبي جعفر (عليه السلام) قال: بينا رسول الله (صلّى الله عليه وآله) جالس في المسجد إذ دخل رجل فقام يصلّي فلم يتمّ ركوعه ولا سجوده، فقال رسول الله (صلّى الله عليه واله): نقر كنقر الغراب لئن مات هذا وهكذا صلاته ليموتنّ على غير ديني

Imam Baqir as berkata:
“Ketika Rasulullah saw sedang duduk di masjid, masuklah seorang laki-laki, lalu ia berdiri dan shalat, tetapi ia tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya, maka Rasulullah saw bersabda: Ia telah mematuk seperti patukan burung gagak, bila orang ini meninggal dunia sementara shalatnya seperti ini maka ia akan meninggal bukan di atas agamaku.” [Mahajjatul Baidha’, jilid 1, hal 340]
Hadis Ketiga Puluh: Lalai Dalam Shalat

قال رسول الله صلى الله عليه واله: الصلاة عماد الدين، فمن ترك صلاته متعمدا فقد هدم دينه، ومن ترك أوقاتها يدخل الويل، والويل واد في جهنم كما قال الله تعالى: “ويل للمصلين الذين عن صلاتهم ساهون”

Rasulullah saw bersabda:
“Shalat adalah tiang agama, maka barangsiapa yang meninggalkan shalatnya secara sengaja maka ia telah menghancurkan agamanya, dan barangsiapa meninggalkan waktu-waktunya maka ia akan memasuki wail, dan wail adalah sebuah lembah di neraka Jahannam sebagaimana Allah swt berfirman:

فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ

“Maka wail bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya” {QS. Al-Maa’uun (107): 4 dan 5} [Bihar, jilid 82, hal 202]
Hadis Ketiga Puluh Satu: Hasil Meninggalkan Shalat

قال رسول الله صلی الله عليه و اله: لا تتركن الصلاة متعمدا فإنه من ترك الصلاة متعمدا فقد برئت منه ذمة الله ورسوله

Rasulullah saw bersabda:
“Janganlah meninggalkan shalat dengan sengaja karena sesungguhnya barangsiapa yang meninggalkan shalat dengan sengaja maka ia akan terlepas dari tanggungan (jaminan) Allah swt dan Rasul-Nya saw.” [Kanzul ‘Ummal, jilid 7, hadis 19096]
Hadis Ketiga Puluh Dua: Meninggalkan Shalat

قال صلى الله عليه واله: من ترك صلاة لا يرجو ثوابها، ولا يخاف عقابها، فلا ابالي أيموت يهوديا أو نصرانيا أو مجوسيا

Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa meninggalkan sebuah shalat karena tidak mengharap pahalanya dan tidak takut akan balasannya maka akupun tidak memperdulikan apakah ia akan meniggal dunia dalam keadaan Yahudi atau Nasrani atau Majusi.” [Bihar, jilid 82, hal 202]
Hadis Ketiga Puluh Tiga: Meninggalkan Shalat dan Kekafiran

قال صلى الله عليه واله: من ترك صلاته حتى تفوته من غير عذر، فقد حبط عمله، ثم قال: بين العبد وبين الكفر ترك الصلاة

Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang meninggalakan shalatnya sehingga melewatkan waktunya tanpa alasan maka amalnya terputus, kemudian beliau saw bersabda: Antara seorang hamba dan kekafiran adalah meninggalkan shalat.” [Bihar, jilid 82, hal 202]
Hadis Ketiga Puluh Empat: Balasan Meninggalkan Shalat

قال رسول الله صلی الله علیه و اله: من ترك الصلاة متعمدا كتب اسمه على باب النار ممن يدخلها

Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang meninggalkan shalat secara sengaja maka namanya akan ditulis di atas pintu neraka di antara orang yang akan memasukinya.” [Kanzul ‘Ummal, jilid 7, hadis 19090]
Pasal Kelima
Adab dan Syarat-syarat Diterimanya Shalat
Hadis Ketiga Puluh Lima: Shalat dan Syarat-syarat Penerimaannya

عن أبي عبد الله عليه السلام قال: قال الله تبارك وتعالى: إنما أقبل الصلاة لمن تواضع لعظمتي، ويكف نفسه عن الشهوات من أجلي، ويقطع نهاره بذكري، ولا يتعاظم على خلقي، ويطعم الجايع ويكسو العاري، ويرحم المصاب، ويؤوي الغريب

Imam Ja’far Shadiq as berkata:
“Allah swt berfirman: Sesungguhnya Aku menerima shalat orang yang merendah diri karena kebesaran-Ku, menahan dirinya dari hawa nafsu kerena-Ku, mengakhiri siangnya dengan mengingat-Ku, tidak membesarkan diri atas makhluk-Ku, memberi makan orang lapar dan memberi pakaian orang yang tidak berpakaian, berbelas kasihan kepada orang yang tertimpa musibah dan memberikan perlindungan kepada orang yang asing.” [Bihar, jilid 66, hal 391]
Hadis Ketiga Puluh Enam: Neraca Penerimaan Shalat

عن أبي عبد الله عليه السلام قال: من أحب أن يعلم أقبلت صلاته أم لم تقبل، فلينظر هل منعته صلاته عن الفحشاء والمنكر؟ فبقدر ما منعته قبلت منه

Dari Abi Abdillah (Imam Ja’far Shadiq) as berkata:
“Barangsiapa ingin mengetahui apakah shalatnya diterima atau tidak maka hendaknya ia melihat apakah shalatnya mencegahnya dari kekejian dan kemungkaran? Maka seukuran yang dapat mencegahnya, shalatnya diterima. [Bihar, jilid 82, hal 198]
Hadis Ketiga Puluh Tujuh: Shalat Dan Wilayah Kepada Ahlul Bait

قال رجل لزين العابدين عليه السلام: ما سبب قبولها؟ قال: ولايتنا والبراءة من أعدائنا

Seseorang berkata kepada Imam Ali Zainal Abidin: Apakah sebab diterimanya shalat? Beliau as menjawab: Wilayah kami dan berlepas diri dari musuh-musuh kami. [Bihar, jilid 84, hal 245]
Hadis Ketiga Puluh Delapan: Shalat Wajib Dan Sunnah

عن أبي جعفر (عليه السلام) قال: إنّ العبد ليرفع له من صلاته نصفها أو ثلثها أو ربعها أو خمسها، فما يرفع له إلاّ ما أقبل عليه منها بقلبه، وإنّما أمرنا بالنافلة ليتمّ لهم بها ما نقصوا من الفريضة

Imam Baqir berkata:
Sesungguhnya shalat seorang hamba akan diangkat (diterima) setengah, sepertiga, seperempat dan seperlimanya maka tidak diangkat shalatnya kecuali apa yang dihadapkan dengan hatinya. Dan diperintahkan untuk mengerjakan shalat-shalat sunnah untuk menyempurnakan apa-apa yang kurang dari shalat wajib. [Al-Haqa’iq, Marhum Faidh Kasyani, hal 219]
Hadis Ketiga Puluh Sembilan: Shalat Dengan Azhan Dan Iqamah

قال أبو عبدالله ( عليه السلام ) : من صلى بإذان وإقامة صلى خلفه صفان من الملائكة، ومن صلى بإقامة بغير أذان صلى خلفه صف واحد من الملائكة، قلت له: وكم مقدار كل صف؟ فقال: أقله ما بين المشرق الى المغرب، وأكثره ما بين السماء والأرض

Imam Ja’far Ash-Shadiq as berkata:
Barangsiapa mendirikan shalat dengan azhan dan iqamah maka dua baris malaikat akan shalat di belakangnya, dan barangsiapa shalat dengan iqamah saja tanpa azhan maka satu barisan malaikat akan shalat di belakangnya.
Perawi bertanya: Berapakah jumlah setiap barisan?
Imam as menjawab: Paling sedikitnya antara masyriq (arah timur) dan maghrib (arah barat) dan paling banyaknya antara langit dan bumi. [Wasail Asy-Syiah, jilid 4, hal 620]
Hadis Keempat Puluh: Shalat Dan Doa

قال أبو عبد الله عليه السلام: إن الله عزوجل فرض عليكم الصلواة الخمس في أفضل الساعات، فعليكم بالدعاء في أدبار الصلوات

Imam Ja’far Ash-Shadiq as berkata:
Sesungguhnya Allah swt mewajibkan shalat lima waktu atas kalian pada waktu-waktu paling utama, maka hendaknya kalian berdoa setelah selesai shalat-shalat tersebut. [Al-Khishal, jilid 1, hal 278]

Sujud dalam Fikih dan Sejarah
Dalam fikih Syiah Ahlul Bait, sujud di atas tanah merupakan perintah Rasulullah dan para imam Ahlul Bait as. Dalam Fiqh Al-Imâm Ja’far diriwayatkan bahwa seseorang bertanya kepada Imam Jakfar tentang tempat yang boleh dijadikan tempat sujud. Lalu dijawab, “Tidak boleh sujud kecuali di atas ardh (tanah, bumi) atau yang tumbuh di bumi, kecuali yang dimakan atau dipakai.”
Orang itu bertanya apa sebabnya, kemudian Imam menjawab, “Sujud merupakan ketundukan kepada Allah, maka tidaklah layak dilakukan di atas apa yang boleh dimakan dan dipakai, kerana anak-anak dunia adalah hamba dari apa yang mereka makan dan mereka pakai, sedangkan sujud adalah dalam rangka beribadah kepada Allah…” Hal ini sesuai dengan perintah Nabi Muhammad dalam Shahîh Al-Bukhârî:

جعلت لي الأرض مسجداً وطهوراً

“Dijadikannya tanah bagiku sebagai tempat sujud dan suci.” Ertinya tanah bukan saja mensucikan untuk bertayamum tapi juga sebagai tempat sujud. Dalam segala kondisi Nabi selalu sujud di atas tanah. Pernah ketika terjadi hujan di bulan Ramadan, masjid Nabi yang beratapkan pelepah kurma menjadi becek. Abu Said Al-Khudri dalam riwayat Bukhari berkata, “Aku melihat Rasulullah dikening dan hidungnya terdapat bekas lumpur.”
Dalam kondisi panas, beberapa sahabat seperti Jabir bin Abdullah Al-Anshari biasanya akan menggenggam dan membolak-balikkan kerikil agar dingin sebelum digunakan untuk sujud. Sedangkan beberapa sahabat yang lain mengadu kepada Nabi, tapi tidak ditanggapi.

عن خباب بن الأرت قال شكونا إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم شده الرمضاء في جباهنا وأكفنا فلم يشكنا

Khabab bin Al-Arat berkata, “Kami mengadu kepada Rasulullah saw. tentang sangat panasnya dahi kami (saat sujud), tapi beliau tidak menanggapi pengaduan kami.” (HR. Al-Baihaqi) Tapi ada juga sahabat yang mencari-cari kesempatan untuk sujud di atas kain, tapi ketahuan Rasul, sebagaimana juga diriwayatkan dalam Sunan Al-Baihaqî:

عن عياض بن عبد الله القرشي قال رأى رسول الله صلى الله عليه وسلم رجلا يسجد على كور عمامته فأوما بيده ارفع عمامتك وأومأ إلى جبهته

Iyad bin Abdullah Al-Quraisyi berkata, “Rasulullah saw melihat seseorang sujud di atas lilitan serbannya. Maka beliau memberi isyarat dengan tangannya untuk mengangkat serbannya sambil menunjuk pada dahinya.” Mungkin karena riwayat di atas dan banyak riwayat lainnya sehingga Imam Syafii pun mengatakan bahwa seseorang harus sujud di atas tanah:

وَلَوْ سَجَدَ على رَأْسِهِ ولم يُمِسَّ شيئا من جَبْهَتِهِ الْأَرْضَ لم يَجْزِهِ السُّجُودُ وَإِنْ سَجَدَ على رَأْسِهِ فَمَاسَّ شيئا من جَبْهَتِهِ الْأَرْضَ أَجْزَأَهُ السُّجُودُ إنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى

“Apabila seseorang sujud dan dahinya sama sekali tidak menyentuh tanah, maka sujudnya dianggap tidak sah. Tetapi jika seseorang sujud dan bagian dahinya menyentuh tanah (al-ardh), maka sujudnya dianggap cukup dan sah, Insya Allah Taala.” (Al-Umm, 1/114)
Artinya, menurut mazhab Imam Syafii seseorang ketika sujud dahinya harus menyentuh tanah. Tapi apakah orang Syiah protes ketika teman-teman bermazhab Syafii sujud di atas sajadah yang terbuat dari kain bahkan bahan sintetis? Lalu kenapa ada yang protes (bahkan menyebutnya musyrik) ketika orang Syiah sujud di atas tanah padahal itu sesuai dengan fikih mereka yang diajarkan Ahlul Bait?!
Meski demikian Rasulullah saw. memberikan keringanan untuk sujud di atas setiap benda yang tumbuh di atas tanah, jika memang cuaca sangat panas atau sangat dingin. Terkadang Rasul menggunakan khumrah (semacam tikar kecil) dan terkadang karena uzur/darurat beliau mengizinkan sahabat untuk menarik serbannya. Artinya selama bisa sujud di atas tanah, maka Rasul melarang (seperti dalam riwayat Al-Baihaqi).


Turbah Al-Husain

Sebuah blog menyebut Syiah sebagai penyembah berhala. Hal itu kerana mereka tidak memahami dengan benar makna “muslim”. Ketika seseorang bersyahadat dan menjadi Muslim, maka yang disembah adalah Allah. Sedangkan syirik adalah menyembah selain Allah. Bagaimana mungkin menjadi musyrik dan menyembah berhala padahal dalam shalatnya ia bertakbir, tahmid, tahlil, salawat dan seterusnya? Tentu kalian tidak ingin disebut sebagai penyembah berhala karena sujud di atas kain sajadah, ‘kan?
Turbah hanyalah sebuah lempengan tanah tempat orang-orang Syiah “sujud di atasnya” (masjûd ‘alaih) bukan “sujud kepadanya” (masjûd lahu). Lalu mengapa tanah Karbala atau turbatul Husain yang dipilih?
Pertama, yang diwajibkan adalah sujud di atas tanah atau yang tumbuh dari bumi kecuali yang dapat dimakan atau dipakai. Jadi menurut saya, tidak ada kewajiban untuk sujud di atas tanah Karbala. Kedua, menjadikan tanah Karbala sebagai turbah tidak bererti tanah Madinah dekat pusara Nabi saw. tidak memiliki keutamaan. Kerana masing-masing memiliki keutamaannya sendiri.
Hanya saja tanah Karbala adalah tempat terbunuhnya cucu Nabi dan keluarganya untuk membela Islam sejati yang hampir musnah. Tanah tersebut telah dibanjiri darah suci para syuhada yang berjuang di jalan Allah. Kaum Syiah akan terus mengingat perjuangan Imam Husain as. Bukankah segala sesuatu yang berkaitan dengan Allah akan memiliki keutamaan? “Kemuliaan suatu tempat terletak pada siapa yang menempatinya,” kata pepatah.
Imam ash-Shadiq as berkata, “Sujud di atas tanah adalah suatu kewajiban.” (Wasail Syiah juz 3 hal.)

فقد قال الأمام جعفر الصادق عليه السلام لا تسجد إلا على الأرض أو ما أنبتت الأرض

Berkata Imam Ja’far ash-Shadiq as, “Janganlab kamu sujud kecuali di atas tanah atau apa-apa yang… tumbuh dari tanah.” (Biharul Anwar juz 85 hal. 149, al-Kafi juz 3 hal. 330).
Seseorang bertanya tentang sujud di atas sorban sedangkan dahinya tidak menyentuh tanah.

فقال الإمام جعفر الصادق عليه السلام لايجزيه ذلك حتى تصل جبهته الأرض

Berkata Imam ash-Shadiq as, “Tidak boleh sehingga sampai mengena dahinya ke tanah.” (Wasail Syiah juz 3 hal. 609).

سأل هشام بن الحكم الإمام الصادق عليه السلام فقال: أخبرني يا بن رسول :الله عما يجوز السجود عليه السلام يجوز السجود على الأرض أوما أنبتت، إلا ما أآِل أو لُبش

“Hisyam bin hakam bertanya kepada Imam ash-Shadiq as, “Beritahu aku wahai putra Rasulullah tentang apa-apa yang boleh sujud di atasnya dan apa-apa yang tidak boleh?” Beliau menjawab,
‘Boleh sujud di atas tanah atau apa-apa yang tumbuh dari tanah, kecuali yang dapat dimakan
atau yang dapat dipakai.” (Wasail Syiah juz 3 hal. 591).

عن أنس بن مالك قال: آنا نصلي مع رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم في شدة الحر فيأخذ أحدنا الحصباء في يده، فإذا بردت وضعها و سجد عليها

Dari Anas bin Malik berkata, “Kami salat bersamaRasulullah saw di musim yang sangat panas, salah satu dari kami mengambil kerikil lalu diletakkan di tangannya, apabila kerikil tadi sudah dingin lalu kerikil tersebut diletakkan dan di pakai untuk sujud di atasnya.”(Sunan Baihaqi juz 2 halo 105, Nailul authar juz 2 hal. 268) ..

عن ابن عباس: إن النبي صلى الله عليه
وآله وسلم آان يصلي على الخُمرة

Dari Abdullah bin Abbas, “Sesungguhnya Nabi saw salat di atas Khumroh (tikar yangterbuat dari daun pohon kurma sebesar wajah).” (Musnad Ahmad bin Hambal juz 1 hal. 269/ 309/29/358; Sahih Tirmizi juz 2 hal. 151).

عن ابن عمر: آان رسول الله صلى الله عليه وآله و سلم يصلي على الخُمرة

Dari Abdullah bin Umar, “Bahwasannya Rasulullah saw salat di atas Khumroh ( tikar yang terbuat dari daun pohon kurma sebesar wajah).” (Musnad Ahmad bin Hambal juz 2 haI. 92; Sunan Tirmizdi juz 2 hal. 151) .

عن وائل قال: رأيت النبي صلى الله عليه واله وسلم إذا سجد و ضع جبهتة وأنفه على الارض

Dari Wail berkata, “Aku melihat Nabi saw apabila beliau sujud, beliau meletakkan dahi danhidungnya di atas tanah.” (Ahkamul Qur ‘an lil Jash Shoh, juz 3 hal. 36 Musnad Ahmad Bin Hanbal, juz 4 hal. 315).
Rasulullah saw melarang para sahabatnya jika bersujud selain di atas tanah.


Doa Selepas Solat


Doa Selepas Fardhu Subuh

Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasihani. Dengan nama Allah dan solawat ke atas Muhammad dan keluarga suci baginda, dan ku serahkan urusanku pada Allah, sesungguhnya Allah swt Maha Maha melihat hambanya.
“Tiada Tuhan selain Mu, maha suci kepada Mu, aku berada dalam kegelapan, kemudian “Kami kabulkan doanya(Yunus) dan menyelamatkan beliau dari panik serta dengan keadaan itu Kami mengampunkan Mukminin.” Cukuplah Allah bagiku.
Seperti yang Allah swt mahukan dan tiada daya dan kekuatan selain Allah swt. Seperti yang Allah kehendaki, dan bukannya seperti yang dimahukan oleh manusia. Cukuplah bagiku Rabbku dari marbubin(hambanya). Cukuplah bagiku Khaliq(pencipta) dari makhluqin(yang dicipta). Cukuplah bagiku Raziq(ynag memberi rezeki) dari marzuqin(yang diberi rezeki). Cukuplah bagiku Allah, Tuhan sekalian Alam. Tiada Tuhan Selain ALlah, ku serahkan urusanku padaNya, Tuhan Arsh yang Maha Agung
Doa selepas Fardhu Zuhur


Ya Allah, aku menyeru Mu demi diperkenankan rahmat mu, dan demi keampunanmu, dan manfaat dari sifat mulia, keselamatan dari setiap dosa.Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih, Tiada Tuhan selain Allah, yang Maha Agung dan Lembut. Tiada Tuhan selain Allah, Tuhan arash rahmat. Segala puji hanya untuk Allah.
Ya Allah, janganlah tinggalkan aku dengan dosa melainkan Kau mengampunkannya, dengan bala melainkan Kau menolaknya, dengan penyakit melainkan Kau menyembuhkannya,, dengan keaiban melainkan Kau menyembunyikannya, dengan rezeki melainkan Kau menambahnya, dengan ketakutan melainkan Kau melindungku dari nya, dari kejahatan melainkan Kau mengalahkannya, dan dengan hajat ku melainkan Kau mengabulkannya selagi mana ia adalah keredhaan mu dan untuk kebaikan ku, amin, wahai Tuhan sekalian alam.
Doa Selepas Farhu Asar
Ya Allah, aku berlindung kepada Mu dari diri yang tidak dapat dipuaskan, dari hati yang tidak berbelas kasihan, dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari solat yang tidak diterima dan dari doa yang tidak dimakbulkan. Ya Allah aku menyeruMu, untuk kesenangan selepas tekanan, kegembiraan selepas kesedihan, keselesaan selepas kesusahan. Ya Allah, segala kelebihanku adalah dari Mu. Tiada Tuhan selain mu. Aku memohon keampunan dan bertaubat kepada mu.
Doa Selepas Fardhu Maghrib

Ya Allah, aku menyeru Mu demi diperkenankan rahmat mu, dan demi keampunanmu, dan manfaat dari sifat mulia, keselamatan dari dosa, keselamatan dari api neraka dan bencana yang lain, tercapainya syurga dan rumahnya yang aman, dan kedekatan kepada Nabi Mu, Muhammad dan keluarganya yang disucikan(solawat ke atas mereka semua). Ya Allah, segala kelebihanku adalah dari Mu. Tiada Tuhan selain mu. Aku memohon keampunan dan bertaubat kepada mu.
Doa Selepas Fardhu Isya’


Ya Allah, sesungguhnya, aku tidak punyai ilmu akan sumber rezeki ku, dan aku mencarinya semata-mata berdasarkan lintasan dalam hati ku, dan aku berkeliaran di dalam kota demi mencarinya. Aku tidak mengetahui samada ia berada di dataran atau pergunungan, di langit atau di bumi, di daratan atau di lautan, di tangan siapa atau dari siapa. Dan sesungguhnya aku mengetahui Kau mempunyai ilmu yang luas, dan sumbernya berada di tangan Mu, dan hanya Engkaulah yang mengagihkannya demi kebaikanMu, serta mencipta peluang demi RahmatMu.
Ya Allah, oleh itu, berkatilah Muhammad dan keluarga Muhammad. Ya Tuhanku, tambahkanlah rezeki ku, yang dibahagikan oleh Mu, dan jadikanlah ia mudah dicari dan sumbernya dekat, dan janganlah jadikan aku berusaha mendapatkan sesuatu yang tidak Kau takdirkan kepada ku. Demi sesungguhnya Engkau sangat adil dalam menghukumku, dan aku memerlukan rahmatMu. Solawat ke atas Muhammad dan keluarga Muhammad, demi rahmat Mu, bermurah hatilah terhadap hambaMu, sesungguhnya Kau Maha Pemurah.


Taaqibat Umum Selepas Solat Fardhu


Taaqib ialah satu perbuatan di mana kita duduk membaca al Quran atau doa-doa jaran Ahlulbait(as) selepas solat. Hukum membaca Taaqibat selepas solat ialah Sunat Muakkad, iaitu sangat-sangat dituntut.
1. Imam al Baqir(as) telah berkata bahawa selepas setiap kali solat fardhu, tiada amalan yang lebih mulia dari Tasbih Fatimah Zahra, kerana jika ada, sudah tentu Rasulullah(sawa) akan mengajarkannya. Tentang  kelebihannya, insyaAllah saya akan tuliskan nanti. Tasbih Fatimah Zahra adalah seperti berikut.

Allahu Akbar x 34

Alhamdulillah x 33

Subhanallah x 33


Setelah selesai membaca Tasbih ini, akhiri dengan ucapan لاَ إِلٰهَ إِلاَّ ٱللَّهُ

2. Imam al Baqir(as) meriwayatkan bahawa seseorang yang duduk diam selepas solat dan membaca 3 kali  perkara berikut akan diampunkan segala dosa beliau:


Tasbih Fatimah Zahra ini sungguh banyak kebaikannya. Biarlah saya beri satu sahaja pendapat para Imam tentang zikir ini, ,menandakan kehebatannya di sisi Allah swt.
Diriwayatkan dari Imam Muhammad Baqir(as):”Tiada jenis ibadah yang lebih mulia dari Tasbih az Zahra(sa). Jika ada yang lbih hebat darinya, maka sudah tentu Rasulullah(sawa) akan mengajarkannya kepada Hazrat Fatimah(sa).’(Wasaaelush Shia , Vol 4 ms. 1024)
Selamat beramal.

27 comments:

  1. Klo sesat pakai GPS ato google map

    ReplyDelete
  2. Klo sesat pakai GPS ato google map

    ReplyDelete
  3. Klo sesat pakai GPS ato google map

    ReplyDelete
  4. Kita jangan suudzon sm Syi'ah, kita sering mencelanya 'Syi'ah sesat' tapi mereka tetap sabar

    ReplyDelete
  5. Syiah ja'fariyah, yang terus menjaga kesucian Ahlul Bait, selain itu syiah yg melaksanakan caranya sendiri.

    ReplyDelete
  6. Janganlah menganggap sesuatu sesat seperti perbuatannya abdurahman ibn muljam

    ReplyDelete
  7. Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk. Dengan nama Allah Maha Pengasih Maha Penyayang. Setelah membaca, menelaah dan seterusnya tentang artikel Syi'ah yang sesaat dan menyesatkan ini. Saya berkesimpulan dengan memohon petunjuk dari Allah jalla jalaaluh. Bahwa ajaran Syi'ah ini adalah sesat dan menyesatkan. Walloohu a'lamu bishowaaf.

    ReplyDelete
  8. Banyak hadits hadits yang bukan bersumber dari Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallaam

    ReplyDelete
  9. Tarjamah/Translet hadits hadits banyak yang tidak diterjemahkan

    ReplyDelete
  10. Syi'ah bukan Islam. Syi'ah adalah golongan Kafir yang berniat busuk jahat tuk memecah belah umat Islam

    ReplyDelete
  11. Hanya orang orang yang bodoh dungulah yang ikut Syi'ah La'natullooh

    ReplyDelete
  12. Syi'ah adalah kumpulan para Setan yang terkutuk. Syi'ah bersekutu berteman dengan Setan yang terkutuk

    ReplyDelete
  13. Semua hadits hadits Syi'ah adalah hadits hadits palsu yang bukan bersumber dari Rasulullah Muhammad shallalloohu 'alaihi wasallaam

    ReplyDelete
  14. Aswaja itu Sayang Abu bakar,Umar ibn khatab,Utsman ibn affan,dan ali bin abi tholib dan sesuai ajaran islam.Kalo syiah itu sayang imamnya saja,dan ajarannya sesuai ajaran Yahudi.

    ReplyDelete
  15. Syiah itu pennyembah kuburan bukan tuhan(Allah),Syiah itu al quran nya diubah ubah sak karepe dewe🤣,Syiah itu Sesat dan menyesatkan.Syiah itu tolol murokab(orang tolol tapi nggak sadar akan ketololannya).Percuma bicara sama syiah lebih baik kita ikuti ajaran Islam sunni

    ReplyDelete
  16. Orang Syiah kok gak ada yg bales dihina, dibilang sesat, kafir, tolol.

    Sabar banget mereka...salut.

    Gong xi fa cai
    Kebaikan alam semesta bagi kita semua.
    Hati-hati dalam berucap..
    Karena ucapanmu mencerminkan dirimu sendiri.

    Salam sejahtera

    ReplyDelete
  17. اللهم صل على محمد و آل محمد

    ReplyDelete

  18. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّد
    اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّد
    اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّد

    ReplyDelete
  19. Kenapa harus mencela, mereka sholat, bersholawat, membaca Al-Qur'an, menjalankan sunna rasul. Lalu lantas apa yang harus kita hinakan kepada aliran Syiah, tujuan kita sama namun cara mereka dan cara kita yang berbeda, Islam tdak mengajarkan untuk saling mencela namun saling menerima perbedaan.

    ReplyDelete
  20. Cuba renungkan Masjid sunni Baitulrahman di aceh Indonesia..Allah redho dan berkahi agama yang mana???? JANGAN MENANGIS SELAMANYA DI SANA.BUKA HATI BUKA MINDA BUKA MATA .AAMINN.

    ReplyDelete
  21. Syiah jafariyah itu sesat. Kiblat orang islam hanya Ka'bah di Mekkah. Idul Ghadir itu tidak boleh. orang islam dilarang menyakiti diri sendiri.
    Nikah Mut'ah(Nikah kontrak)itu tidak boleh setelah Nabi Muhammad SAW wafat hal ini sesuai ijma' ulama dan hadits nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Ahmad, Salamah bin Al Akwa' berkata, "Rasulullah saw memberi keringanan pada kami dalam masalah mut'ah wanita-wanita pada tahun Authos selama tiga hari, kemudian beliau melarangnya. Nabi Muhammad SAW sendiri pernah berucap perang setelah kita adalah perang melawan hawa nafsu. Sekian

    ReplyDelete

Site search

    Quotes

    'Do the best bcoz u are the best from the best' ~Hana Zaka~